Viral Keluarga Pasien Koma Ngamuk Sebut Ambulans Disembunyikan, Pihak RS Beri Penjelasan

 

 suaritoto-Jakarta - RSUD Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, diviralkan menyembunyikan ambulans dari pasien yang disebut koma dan membutuhkan ambulans. Pihak rumah sakit lalu membeberkan duduk perkara masalah tersebut.


Sabtu (11/11/2023), kejadian bermula ketika video keributan di RSUD Leuwiliang viral di media sosial (medsos). Dalam video dinarasikan ada pasien yang koma dan membutuhkan ambulans, tapi ambulans operasional RSUD disembunyikan.


"Menurut keterangan, ada pasien koma butuh ambulan, tapi ambulansnya disembunyiin, akhirnya ketahuan ambulansnya ada di gudang RSUD Leuwiliang, Bogor," tulis pengunggah video pada kolom keterangan,



Dalam video tersebut, terlihat adu mulut terjadi oleh sejumlah orang. Terdengar seorang pria memaki


Bupati Bogor Turun Tangan

Perihal tersebut, Bupati Bogor Iwan Setiawan mengatakan akan mengecek fakta di tempat kejadian. Iwan memastikan pihaknya akan menindaklanjuti masalah ini.



"Saya akan mencari tahu dulu informasi tersebut untuk menindaklanjutinya. Setelah jelas informasi sebenarnya, baru kita bisa simpulkan," kata Iwan.


Menurutnya, hal tersebut menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. Dia ingin rumah sakit bekerja maksimal memberi layanan kepada masyarakat.


"Yang jelas, saya ingin rumah sakit maksimal dalam melayani masyarakat dan mengedepankan sisi humanis," ucapnya.


Penjelasan RSUD Leuwiliang

Video yang dinarasikan pihak RSUD Leuwiliang menyembunyikan ambulans viral di medsos. Pihak RSUD Leuwiliang angkat bicara perihal video tersebut.


"Pasien datang pada hari Kamis, 9 November 2023, sekitar pukul 18.15 WIB, diantar oleh satu orang temannya pascakecelakaan lalu lintas. Pasien diterima oleh petugas IGD dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi.


Baca Juga : Siswi SD di Matraman Jadi Korban Pencabulan, Pelaku Diduga ODGJ


Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter, mendapatkan terapi, dilakukan pembersihan luka, merawat luka, memasang spalk pada kaki kiri, memberikan suntikan obat penghilang nyeri," kata Direktur RSUD Leuwiliang, dr Vitrie Winastri, Sabtu (11/11).


Dokter RSUD Leuwiliang lalu memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa kondisi pasien sadar dan bisa berkomunikasi. Kemudian terkait pemeriksaan lanjutan, dibutuhkan dokter spesialis saraf.


"Maka akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis bedah saraf karena RSUD Leuwiliang belum memiliki dokter spesialis bedah saraf," jelasnya.



Ketika orang tua pasien datang, dokter kembali memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Namun orang tua menunggu suami pasien datang.


"Setelah suami datang, diberikan edukasi kembali oleh dokter tentang kondisi pasien sesuai penjelasan di atas," ucapnya.


Setelah dijelaskan, keluarga ingin langsung membawa pasien menggunakan kendaraan sendiri. Dokter kemudian menjelaskan prosedur rujukan antar-rumah sakit harus melalui Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).


"Sehingga rumah sakit yang akan menjadi tempat rujukan mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Setelah rumah sakit yang dituju siap menerima pasien, pasien akan diantar menggunakan ambulans rumah sakit dengan didampingi oleh tenaga kesehatan (perawat atau dokter) RSUD Leuwiliang," ungkapnya.


Setelah dijelaskan, keluarga pasien tetap ingin membawanya menggunakan kendaraan sendiri. Dokter kembali melakukan edukasi terkait prosedur SPGDT beberapa kali untuk menjaga kondisi pasien tetap stabil.


"Suami dan keluarga tetap menolak menggunakan sistem Rujukan (SPGDT) dan tetap akan menggunakan kendaraan sendiri, dan ternyata petugas rumah sakit melihat telah ada kendaraan yang menjemput pasien tersebut," sebutnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama