Viral Tradisi Warga Ponorogo Gotong Jenazah Seberangi Sungai

 

Suaritoto-Ponorogo - Sebuah video prosesi pemakaman di Ponorogo kembali viral di media sosial. Dalam video tersebut, tampak sejumlah warga menggotong keranda jenazah melintasi sungai demi mengantarkan almarhum ke tempat peristirahatan terakhir. Peristiwa itu terjadi di Desa Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Kejadian mengharukan ini terjadi pada Minggu (8/6/2025), saat warga mengantarkan jenazah Mbah Soirah (80), warga Dusun Jalen Kidul, ke pemakaman desa. Dalam video amatir yang beredar, terlihat pengiring jenazah harus ekstra hati-hati saat menuruni tanggul dan menyebrangi sungai yang licin karena habis diguyur hujan.


"Karena akses jalan satu-satunya ke makam ya hanya itu. Kalau lewat jalan lain memang ada, tapi harus memutar jauh lewat Desa Dadapan," ujar Kasi Pemerintahan Desa Jalen, Ahmad Sahlan, saat ditemui di rumah duka, Senin (9/6/2025).


Menurut Ahmad, jika memilih jalur memutar, warga harus berjalan lebih dari 2 kilometer. Sementara jika menyeberangi sungai, jaraknya hanya sekitar 500 meter dari rumah duka ke pemakaman.


"Keranda jenazah yang digunakan juga masih model panggul, jadi akan lebih berat dan menyulitkan kalau harus memutar jauh. Maka warga lebih memilih menyeberangi sungai," jelasnya.


Beruntung saat kejadian, debit air sungai tidak terlalu tinggi dan arusnya juga tidak deras. Namun tetap saja, medan yang dilalui cukup berbahaya karena penuh lumpur dan batu licin.


Ahmad menyebut kondisi ini sudah berlangsung sejak lama. "Akses satu-satunya ya ini. Kalau banjir besar kami tidak berani, tapi kalau banjir kecil ya nekat. Dari dulu memang begini," ujarnya.


Baca Juga : Kronologi 2 Mobil PJR Polda Jatim Kejar-kejaran dengan Ertiga yang Bawa Rokok Ilegal hingga Kecelakaan

Hal senada disampaikan Kepala Dusun Jalen Kidul, Jemani. Ia menyebut, tradisi menyeberangi sungai sambil menggotong jenazah sudah menjadi hal lumrah di dusunnya sejak dulu.


"Sudah biasa, sejak saya belum lahir pun warga di sini kalau ada yang meninggal ya nyeberang sungai. Karena memang tidak ada jalan lain," ungkap Jemani.


Bahkan, menurutnya, sekalipun ada warga yang meninggal di malam hari, tradisi tetap dilanjutkan.


"Sudah jadi tugas warga. Takut atau tidak ya harus dilakukan. Masa jenazah dibiarkan? Bahkan orang sakit pun kalau mau ke rumah sakit ya lewat sungai ini. Karena ini satu-satunya akses," bebernya.


Ia pun berharap pemerintah segera turun tangan membangun jembatan penghubung, agar warga tidak lagi harus mengambil risiko menyeberangi sungai.


"Kami sudah sering mengusulkan. Tapi keterbatasan anggaran desa jadi kendala. Sungai ini lebarnya lebih dari 20 meter, tinggi tanggulnya sampai 5 meter. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah kabupaten atau provinsi," pungkasnya.


Saat ini terdapat lima kepala keluarga di seberang barat sungai Dusun Jalen Kidul yang nyaris terisolir jika terjadi banjir besar. Meski ada jalur alternatif, mereka harus memutar jauh hingga berkilometer untuk mencapai fasilitas umum.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama